Waktu berlalu. Semakin panjang semakin mendalam. Hidup ini bukan sekedar permainan. Bukan sekedar candaan atau bualan. Hidup ini adalah lapangan, lapangan tempat menimba segala hal baik, segala bekal untuk masa depan. Hidup ini adalah kesempatan, kesempatan untuk menjadikannya bermanfaat untuk siapapun. Hidup ini adalah tantangan, tantangan untuk terus melangkah mancapai tujuan yang hakiki. Ringkasnya, hidup ini pelajaran, yang harus dipelajari dari lahir sampai mati. Ilmu duniawi untuk mencapai kesejahteraan illahi.
Hidup ini luas, tapi mempunyai jangka yang
pendek. Hidup ini indah, tapi hanya untuk sementara. Hidup ini harta, tapi tak
dibawa mati. Hari ini genap umurku 18 tahun. 18 tahun lalu, 26 September 1998,
beberapa bulan setelah keruntuhan Orde Baru, Habisnya Rezim Soeharto, Allah
mencapkan jiwa ke dalam tubuhku, untk diamanahi menjadi manusia di dalam
jalanNya. Renungan selalu menjajaki pikiranku, batinku terkoyak, jiwaku
meracau. Apa yang sudah kujalani selama ini. Hanya ada kesenangan duniawi,
penuh hasrat dalam hati yang sungguh tak berarti.
Sudah kujalani semua dengan
kesungguhan hati, dengan penuh tangguh jawab. Pendidikan yang telah diberikan
orangtua, masyarakat dan sekolah sungguh telah membentuk kepribadianku. Agama telah
meracuni jiwaku, ilmu telah mengendap ke dalam otakku, dan keberanian telah
mengalir di dalam darahku. Lalu, apakah tujuan aku dilahirkan ke dunia ini
sudah kujalankan dengan baik? Sungguh belum.
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ
وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ
كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau
dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-‘Ankabut: 64).