Sumber: Halaman depan buku 30 tahun Indonesia Merdeka |
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang
menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah
tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas. Terdiri dari 2 suku
kata yaitu maha dan siswa.
Tapi menurutku, mahasiswa tak bisa didefinisikan, ia
punya definisi sendiri untuk menentukan jatidirinya.
Sekitar 2 bulan yang lalu saya membaca sebuah artikel
yang inti dari isinya menyebutkan bahwa tidak bisa disangkal, Soeharto adalah
orang yang menyatukan mahasiswa dari seluruh kalangan dan seluruh lapisan dalam
satu tujuan, ya menjatuhkanya.
Masa reformasi adalah masa dimana mahasiswa menjadi
satu tanpa adanya arahan atau propaganda dari luar, disitu idealisme mahasiswa
benar benar terlihat nyata.
Artikel itu tentu saja benar dan tak bisa disangkal
memang, dari sebelum Soeharto naik tahta, mahasiswa indonesia terasa terpecah
dengan meletusnya peristiwa 66 yang memaksa Soekarno untuk mundur dari kursi
presiden. Tetapi dalam kasus ini berbeda dari peristiwa mei 98, karena angkatan
66 terasa terpecah menjadi kubu pro pemerintah dan kontra pemerintah.
Kebanyakan besar yang pro pemerintah adalah mahasiswa yang diberi jabatan di
bawah payung kekuasaan Soekarno (Walau yang kontra nantinya juga diberi kursi
di Orde Baru).
Tetapi tetap saja, dua generasi ini adalah generasi
terpandang, Angkatan 66’ dan Angkatan 98’. Generasi terpilih dari 2 mode zaman
yang berbeda, dua rezim yang berbeda, dengan perbedaan penderitaan. Tetapi
tetap satu tujuan.
‘Memperingati’ 3 tahun masa kepemimpinan Jokowi-JK,
mahasiswa memulai perayaanya untuk menagih apa yang sudah diperbuat, dan apa
saja janji janji Jokowi-JK. Tetapi saya tidak akan membahas itu, karena mungkin
tidak ada habisnya. Mungkin teman – teman bisa buka timeline Line saja untuk
hal itu. Yang saya tekankan adalah bagaimana mahasiswa saat ini menanggapi hal
itu?
Setelah kejadian ditangkapnya beberapa mahasiswa dalam
unjuk rasa kemarin, timeline Line lalu ramai, ya ramai beragam opini beragam
kritik dan beragam cangkeman. Persis seperti saat Ahok dipenjarakan.
Ada yang beropini bahwa pergerakan mahasiswa saat ini
adalah tidak murni 100% dari hati, menurut saya ini ada benarnya tetapi tidak
mutlak benar. Ya kalau dipikir lagi memang seperti itu kenyataanya, sekarang
coba dipikir anak muda jaman now yang setiap hari scroll instagram, titip absen
kelas, menjadi agen perubahan, oke agen perubahan. Tetapi apakah semua itu atas
dasar nurani dari dalam diri? Saya rasa tidak
Unjuk rasa dengan banyak ditunggangi oleh kepentingan
– kepentingan pribadi diluar kepentingan bersama, kepentingan kelompok tertentu
guna mendapat suatu kesuksesan dalam hal tertentu, mungkin saja?.
Sedangkan satunya seperti antek pemerintah yang seakan
– akan ternina bobokan dengan segala konspirasi media yang menghanyutkan
seperti semua baik – baik saja.
Mahasiswa belum merasakan penderitaan yang sama guna
tujuan yang dituju sama. Kita butuh pemersatu mahasiswa yang seakan memberikan
pelajaran hidup yang semua di semua lapisan agar hati itu terbuka dan idealisme
murni terjadi. Idealisme seorang mahasiswa tentang apa itu kebenaran.
Terimakasih Pak Soeharto, karena saya jadi tahu yang
mana itu sungguh – sungguh dan yang mana yang sekedar disuruh. Asal Bapak
Senang aja deh.
Malang, 24 Oktober 2017