Senin, 23 Oktober 2017

BAPAK, KAMI BUTUH ANDA

Oktober 23, 2017

Sumber: Halaman depan buku 30 tahun Indonesia Merdeka



Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas. Terdiri dari 2 suku kata yaitu maha dan siswa. 

Tapi menurutku, mahasiswa tak bisa didefinisikan, ia punya definisi sendiri untuk menentukan jatidirinya. 

Sekitar 2 bulan yang lalu saya membaca sebuah artikel yang inti dari isinya menyebutkan bahwa tidak bisa disangkal, Soeharto adalah orang yang menyatukan mahasiswa dari seluruh kalangan dan seluruh lapisan dalam satu tujuan, ya menjatuhkanya. 

Masa reformasi adalah masa dimana mahasiswa menjadi satu tanpa adanya arahan atau propaganda dari luar, disitu idealisme mahasiswa benar benar terlihat nyata. 

Artikel itu tentu saja benar dan tak bisa disangkal memang, dari sebelum Soeharto naik tahta, mahasiswa indonesia terasa terpecah dengan meletusnya peristiwa 66 yang memaksa Soekarno untuk mundur dari kursi presiden. Tetapi dalam kasus ini berbeda dari peristiwa mei 98, karena angkatan 66 terasa terpecah menjadi kubu pro pemerintah dan kontra pemerintah. Kebanyakan besar yang pro pemerintah adalah mahasiswa yang diberi jabatan di bawah payung kekuasaan Soekarno (Walau yang kontra nantinya juga diberi kursi di Orde Baru). 

Tetapi tetap saja, dua generasi ini adalah generasi terpandang, Angkatan 66’ dan Angkatan 98’. Generasi terpilih dari 2 mode zaman yang berbeda, dua rezim yang berbeda, dengan perbedaan penderitaan. Tetapi tetap satu tujuan. 

‘Memperingati’ 3 tahun masa kepemimpinan Jokowi-JK, mahasiswa memulai perayaanya untuk menagih apa yang sudah diperbuat, dan apa saja janji janji Jokowi-JK. Tetapi saya tidak akan membahas itu, karena mungkin tidak ada habisnya. Mungkin teman – teman bisa buka timeline Line saja untuk hal itu. Yang saya tekankan adalah bagaimana mahasiswa saat ini menanggapi hal itu?

Setelah kejadian ditangkapnya beberapa mahasiswa dalam unjuk rasa kemarin, timeline Line lalu ramai, ya ramai beragam opini beragam kritik dan beragam cangkeman. Persis seperti saat Ahok dipenjarakan. 

Ada yang beropini bahwa pergerakan mahasiswa saat ini adalah tidak murni 100% dari hati, menurut saya ini ada benarnya tetapi tidak mutlak benar. Ya kalau dipikir lagi memang seperti itu kenyataanya, sekarang coba dipikir anak muda jaman now yang setiap hari scroll instagram, titip absen kelas, menjadi agen perubahan, oke agen perubahan. Tetapi apakah semua itu atas dasar nurani dari dalam diri? Saya rasa tidak

Unjuk rasa dengan banyak ditunggangi oleh kepentingan – kepentingan pribadi diluar kepentingan bersama, kepentingan kelompok tertentu guna mendapat suatu kesuksesan dalam hal tertentu, mungkin saja?. 

Sedangkan satunya seperti antek pemerintah yang seakan – akan ternina bobokan dengan segala konspirasi media yang menghanyutkan seperti semua baik – baik saja. 

Mahasiswa belum merasakan penderitaan yang sama guna tujuan yang dituju sama. Kita butuh pemersatu mahasiswa yang seakan memberikan pelajaran hidup yang semua di semua lapisan agar hati itu terbuka dan idealisme murni terjadi. Idealisme seorang mahasiswa tentang apa itu kebenaran. 

Terimakasih Pak Soeharto, karena saya jadi tahu yang mana itu sungguh – sungguh dan yang mana yang sekedar disuruh. Asal Bapak Senang aja deh.







Malang, 24 Oktober 2017