Generasi buruk, katamu? Generasi lemah katamu?
Banyak orang yang menyayangkan perkembangan
generasi masa kini, generasi millenials, generasi micin, dan sebutan umpatan
lainnya. Lalu, Salah siapa?
Yo salahmu!
Ketika anak dikekang untuk main di luar, ketika
dari kecil sudah di didik dengan perlakuan lemah lembut, ketika dari lahir
sudah dekat dengan mudahnya dimaafkan, ketika
salah justru malah dilindungi.
Perkembangan suatu generasi tidak mutlak
langsung kontrasl ke generasi lainya, tapi perkembangan pola generasi tumbuh
seara perlahan yang memakan banyak waktu. Anak umur 18 tahun tidak mutlak beda
dengan anak umur 20, dan seterusnya. Mereka tumbuh secara perlahan, secara
bertahap dari masa ke masa.
Pola pendidikan orangtua pun demkian, tidak
sedikit yang bertambah dan memang ini pergerakan zaman, orangtua zaman dahulu, mendidik anaknya dengan keras, kebanyakan
dengan kontak fisik jika mereka melakukan kesalahan. Dasar dari semua
pendidikan itu adalah kejujuran dan kebenaran. Sekarang, para generasi X itu yang
sudah menjadi orangtua, tidak ingin melakukan hal yang pernah ia alami karea ia
tahu rasanya, ia tahu rasa sakitnya ketika harus dipul sapu kalau melakukan
kesalahan, ia pun menerapkan system kasih saying yang luar biasa pada anaknya. Ya
begitulah zaman terus berubah, pola pendidikan juga terus berubah. Lalu sekarang
kau sebut mereka itu lemah?!
Saya tak habis piker betul, karena perkembangan
suatu generasi pastinya tidak lepas dari generasi2 sebelumnya, Seorang anak
pastinya juga bergaul dengan kakaknya, orangtuanya, kakek nenek. Yang semua itu
berbeda generasinya. Pasti hal yang di tangkap anak itu juga berbeda, dan itu
bersatu menjadi sifat anak itu.
Sebuah riset mengatakan, dulu sebelum millennium
baru, system makan di meja makan itu, semua orang tidak akan makan duluan
sebelum ayah mereka makan, itu adalah bentuk penghormatan kepada orangtua yang
mana aya juga seorang kepala keluarga. Zaman berganti pola makan pun berganti,
tahu bagaimana? Ya, ayah tidak akan makan duluan daripada anak. Pada zaman ini,
orangtua sadar bahwa anak ada penerusnya dan apapun yang terbaik hanya untuk
anaknya, say amah gampang, pikirnya. Tahu dampak dari perbedaan system makan
bersama ini? Pada zaman dahulu tentu saja dengan seperti itu maka ayah adalah
orang yang paling dihormati dan mungkin tidak akan dad yang berani dengan
bbeliau. Dampak satunya? Ya kadang anak jadi ‘nranyak’ dengan orangtuanya,
karena ia pikir, tidak apa – apa karena itu bukan sebuah keaslahn karena tidak
ada dampak apa – apa ketika dia melakukan itu. Pada zaman ini mulai terbentuk
anak yang ‘ora ngrumangsani’. Hal yang saya ceritakan ini bukan terjadi di 20
tahun belakang. Hal ini sudah berlangsung lama sekali sebelum itu.
Akhir akhir ini bnayk kasus yang seakan – akan orangtua
membela anaknya karena ‘disiksa’ oleh orang lain, contohnya saja ketika anak di
pukul sama guru, anaknya kena ayunan ang bahkan bukan hal yang disengaja. Lalu dengan
gentlenya para orangtua itu berdiri di depan anaknya seoalah anak mereka tidak
sedikitpun melakukan kesalahan. Ya, mereka berdiri di garis depan untuk
meladeni siapapun orang yang mencoba menyentuh anaknya. Lalu kau sebut generasi
mereka itu lemah. Kan jancuk.
Mereka tidak diberikan kesempatan untuk membela
dirinya, mereka tidak diberi ruang untuk menghadapi apa yang terjadi padanya
itu benar atau salah. Tahu, dampak dari semua itu? Anakmu jadi mereasa benar,
dan ketika seorang anak sudah mencapai taraf ‘merasa paling benar’ ia akan
menyalahkan orang lain utnuk hal yang berbeda yang dilakukan ornag lain. Tahu
ketika mereka disalahkan karena sejatinya mereka memang salah? Mereka akan
merengek padamu, karena kau adalah pahlawanya, yang menlindunginya ketika
salah, maupun salah.
Lalu bagaimana? Biarkan anakmu berkembang,
biarkan generasi baru untuk menghadapai zaman seara individual, agar mereka
bisa menyaring apa yang terjadi padanya. Agar meraka dapat menyaring ‘apa yang
salah, apa yang benar’ Agar mereka dapat memahami ornag lain, agar mereka dapat
mengasihi orang lain, juga dengan tidak untuk mendahulukan egonya sendiri.
Biarkan anakmu jatuh sakit, biarkan juga anakmy
mencoba hal yang baru dalam hidupnya, biarkan dia nakal karena kelakuanya yang
bodoh, Agar ia tahu bagaimana rasanaya berjuang untuk sembuh, agar ia tahu
nikmatnya ketika sehat, agar ia tahu bagaimana rasanya semua hal di dunia ini,
karenanya ia dapat memahami semua yang diperjuangkan oleh orang lain, agar ia
tahu bahwa nakal itu sebuah kebodohan, agar ia tahu bagaimana untuk bertindak
tidak bodoh dan tidak jadi beban bagi orangtua mereka. Agar kau menyadari bahwa
semua itu berujung padamu dan Agar ia tidak lagi kau sebut, Lemah.