Di masa aku hidup, orang orang merangkak pada kiblat yang sama,
kiblat keteneran, kemewahan, dan pengakuan. Ada beberapa dari mereka yang tidak berjalan pada kiblat itu melainkan menciptakan kiblatnya sendiri, ia berbondong pada kiblat keimanan atas dasar kekafiran, kebenaran atas dasar kesalahan, toleransi atas dasar penindasan.
Mereka buat hidup mereka berjalan pada arus yang sama, arus dominan dan homogen, arus yang alergi pada keberagaman, arus yang tak tenang dengan perbedaan.
Kini hidup terasa lebih terancam, bukan karena Petrus yang membidik para preman bertatto, bukan karena pemburu antek pki, bukan karena siapa yang kritik model orba, apalagi terancam karena belanda atau jepang.
Hidupku kini terancam oleh ego saudaraku sendiri, oleh kemauan di atas kemampuan orang orang seikat darah. Mereka menjadi sebuah ancaman pada hak hakku, pada apa yang disebut kebebasan
Semoga tuhan masih mengijinkanku melanjutkan hidup yang semakin ngawur ini, hidup manusia yang dinilai oleh manusia lainya, bukan oleh tuhannya sendiri.