Kita bisa saja saling mencintai, lalu esok hari tak saling mengenal lagi.
Ada rasa yang hilang dalam setiap waktu berjalan, ada pula rasa yang tumbuh setiap kali bertemu. Mengingat bagaimana ini bermula, ternyata serumit ini jalannya. Tak ada yang benar benar tau rasa manusia. Kita hanya bisa menebak dan berprasangka.
Mungkin tak merasakan dan akupun juga tak merasa, ternyata sama. Pikiran tertutup perasaan, logika termatikan rasa.
Sadar dan berkembang, berkembanglah sebagai manusia yang hidup, jangan terbuai dengan apa yang sudah diberikan. Carilah apa yang benar benar membuat bahagia, sejatinya yang kita cari hanya bahagia dibanding harta atau tahta. Jangan lupa bahagia.
Tak ada rencana, lalu apa?
Kita tak benar benar tau apa yang dirasakan manusia, kita tak benar benar tau apa yang dirasakan manusia, kita hanya bisa menebak dan berprasangka.
Yang tadinya tertutup akan terbuka, yang tadinya merasa akan mati rasa. Aku tidak akan sama lagi, manusia tidak akan sama lagi. Satu titik perjalanan mengakibatkan turunan kejadian.
Kita bentuk jalan lalu patahkan jalan itu, membendung dan memaksa. Ternyata begini rasanya.
Bagaimana jika memang tak ada sedari awal? Hanya diam yang berbicara, karena tak disangka akan menerima. Bukan salah siapa siapa tapi mengapa bisa? Ternyata begini rasanya.