Hidup. Hidup adalah proses menjalani di dunia ini,
memang dunia ini sementara tapi kita tak tahu sampai kapan akhirnya. Waktu yang
sudah berlalu sudah takbisa kembali atau kita ulang. Bukan masalah sudah berapa
lama kita hidup, tapi apa yang sudah kita perbuat selama kita hidup. Kita sudah
ada di dunia ini sejak kita lahir, dari proses bertemu sel jantan dan betina di
dalam sebuah rahim seorang ibu, seketika itu terbentuklah embrio yang menjadi
sel sel tubuh seorang manusia.
Pada waktu yang telah ditentukan, Allah
menancapkan jiwa seseorang dalam sebuah tubuh yang sudah berbentuk. Tangisan
pertama seorang bayi adalah hal yang ditunggu oleh setiap ibu. Mungkin waktu
itu sang ibu juga meneteskan air mata haru, siapa tau?. Waktu terus berjalan,
dari bayi yang baru digendong, ternyata sudah menjadi anak kecil yang lucu dan
menggemaskan, selain itu juga menjengkelkan. Memang, tetapi sang ibu tetap
sabar pada sang anak.
Tak terasa waktu semakin cepat, jam ini sudah melaju,
sang anak telah tumbuh dewasa dan kian dewasa. Bagi sang ibu, waktu ini
berjalan sangat cepat ya benar memang sangat cepat. Mungkin dalam pikiranya
baru kemarin dia menggendongnya, baru kemarin dia mendengar tangisanya. Tapi
siapa sangka waktu takbisa berhenti, atau bahkan kembali. Waktu memang kejam
ya, kejam. Sang anak lalu sudah menjalani kehidupanya sendiri dan sang ibu
hanya bisa mendoakanya dalam sujud 2/3 malam. Marilah berkaca pada diri
sendiri, kita hitung jika lama satu tahun adalah 365 hari 5 jam 48 menit
45,1814 detik lalu kita kalikan berapa tahun kita hidup di dunia ini. Sudah
berapa hari, jam, menit, detik-kah kita sudah jalani? Apa yang sudah kita
perbuat? Apakah memberi manfaat atau kesengsaraan?.
Terimakasih dari kami sudah
menjadi orangtua bagi kami sejak kami lahir hingga dewasa ini. Mendidik kami
dari lahir hingga sekarang, mengajari kami dari nol sampai satu, menjaga kami
memberi makan kami. Merawat kami jika kami sakit. Bahkan sampai kita sudah
memiliki kesibukkan masing masing. Maaf jika kami masih belum bisa menjadi apa
yang diharapkan. Terimakasih, ibuk.