Kamis, 21 Mei 2015

Lembaran Rahasia

Hidup. Hidup adalah proses menjalani di dunia ini, memang dunia ini sementara tapi kita tak tahu sampai kapan akhirnya. Waktu yang sudah berlalu sudah takbisa kembali atau kita ulang. Bukan masalah sudah berapa lama kita hidup, tapi apa yang sudah kita perbuat selama kita hidup. Kita sudah ada di dunia ini sejak kita lahir, dari proses bertemu sel jantan dan betina di dalam sebuah rahim seorang ibu, seketika itu terbentuklah embrio yang menjadi sel sel tubuh seorang manusia. 

Pada waktu yang telah ditentukan, Allah menancapkan jiwa seseorang dalam sebuah tubuh yang sudah berbentuk. Tangisan pertama seorang bayi adalah hal yang ditunggu oleh setiap ibu. Mungkin waktu itu sang ibu juga meneteskan air mata haru, siapa tau?. Waktu terus berjalan, dari bayi yang baru digendong, ternyata sudah menjadi anak kecil yang lucu dan menggemaskan, selain itu juga menjengkelkan. Memang, tetapi sang ibu tetap sabar pada sang anak. 

Tak terasa waktu semakin cepat, jam ini sudah melaju, sang anak telah tumbuh dewasa dan kian dewasa. Bagi sang ibu, waktu ini berjalan sangat cepat ya benar memang sangat cepat. Mungkin dalam pikiranya baru kemarin dia menggendongnya, baru kemarin dia mendengar tangisanya. Tapi siapa sangka waktu takbisa berhenti, atau bahkan kembali. Waktu memang kejam ya, kejam. Sang anak lalu sudah menjalani kehidupanya sendiri dan sang ibu hanya bisa mendoakanya dalam sujud 2/3 malam. Marilah berkaca pada diri sendiri, kita hitung jika lama satu tahun adalah 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik lalu kita kalikan berapa tahun kita hidup di dunia ini. Sudah berapa hari, jam, menit, detik-kah kita sudah jalani? Apa yang sudah kita perbuat? Apakah memberi manfaat atau kesengsaraan?. 

Terimakasih dari kami sudah menjadi orangtua bagi kami sejak kami lahir hingga dewasa ini. Mendidik kami dari lahir hingga sekarang, mengajari kami dari nol sampai satu, menjaga kami memberi makan kami. Merawat kami jika kami sakit. Bahkan sampai kita sudah memiliki kesibukkan masing masing. Maaf jika kami masih belum bisa menjadi apa yang diharapkan. Terimakasih, ibuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar