Sebentar lagi saya lulus dari bumi Teladan ini. Kampus cemara yang kami cintai dan banggakan. 2014-2017 adalah masa saya di bumi Teladan ini. Dimana menurut saya adalah saat generasi diantara dua sejarah. Generasi yang memikul kewajiban. Generasi yang penuh akan kontradiksi dan segala jenis propagandis.
Tahun – tahun ini dimana masa kami untuk mempertanggungjawabnkan apa yang sudah berlalu. Untuk menumpuk dan menjadi satu untuk dipikul. Kami yang bersekolah pada tahun tahun ini telah dimasuki oleh 2 sejarah yang kontras. Yang pertama adalah generasi sebelum millenium, generasi Teladan yang penuh akan prestasi. Menunjukkan akan ke-Teladananya karena prestasi dalam bidang akademik maupun non-akademik. Generasi yang tersohor di kalangan akan kesantunanya dalam masyarakat, karena itu, generasi ini disebut Teladan. Yang kedua adalah generasi awal millenium. Generasi ini lebih mendekat pada keunggulanya dalam bidang akhlak. Generasi yang sempurna dengan akhlak sebagai pondasinya dan Allah sebagai penolongnya.
Sedangkan tahun – tahunku, adalah tahun transisi yang entah mau kemana tujuanya. Tahun – tahunku dihadapkan pada dua sejarah yang kontras. Tahun – tahun ini adalah tahun generasi dengan kontradiksi akan keyakinan dari dua sejarah itu. Generasiku adalah generasi frustasi, generasiku adalah generasi bingung yang akan membawa kapal ini ke salah satu dari dua pulau itu ataukah mencari pulau sendiri.
Selang beberapa tahun dari awal millenium juga kebijakan pemerintah tidak boleh mengambil guru secara sesuak hati. Sebelum itu memang guru – guru Teladan adalah guru – guru panggilan yang dirasa mempunyai integritas tinggi dan dirasa dapat memajukan siswa SMA 1. Itu pula yang menurut saya meng-akhiri era kejayaan SMA ini. Dan menurut perhitungan dari tahun – tahun itu, maka tahun – tahunku adalah saatnya bapak ibu guru itu pensiun.
Tahun – tahunku adalah tahun – tahun penuh tak keterimaan atas tindakan sekolah kepada siswa. Maka dari itu pula akibatnya tahun – tahunku adalah tahun tahun penentangan dan tahun – tahun pembelaan dengan membandingkan dengan “Teladan dulu” yang bahkan belum pernah dilalui. Generasi ini adalah generasi kolot. Generasi kolot dengan tidak setuju, penentangan, dan ketidak terimaan dengan apa yang tidak dirasa menguntungkan saja. Yang memperjuangkan apa yang tidak dirasa pas. Mungkin bisa saja disebut egois. Ya.
Ya semua itu lumrah terjadi karena memang kebijakan sekolah yang saya rasa hanya tindakan yang cari aman (?). Saya analogikan misal gerak siswa adalah air. Kebijakan adalah tanggul. Untuk menghentikan gerak air, hanya dibangun tanggul di depan air itu akan melaju. Itu sama saja tidak akan menghentikan air tapi hanya akan mengubah arah air. Seharusnya dibuat tanggul disekitar gerak air agar tujuan dari air itu jelas.
Tapi yang pasti, Teladan adalah sebaik – baiknya sekolah untuk berubah menjadi lebih baik. Tetapi, sekolah ini bukanlah tempat untuk merubah seseorang. Bukan. Sekolah ini adalah tempat dimana kebenaran diajarkan. Kebenaran yang diterapkan dalam kehidupan. Semua siswa mendapat itu. Sekali lagi, Teladan bukanlah tempat untuk merubah seseorang. Tetapi tempat dimana semua kebenaran dan kebaikan diajarkan. Terserah orang itu mau memilih jalan yang mana. Ia pasti akan tahu. Mana yang baik dan mana yang benar.
Yogyakarta,18 April 2017