Selasa, 30 September 2014

/de·mo·kra·si/

" pemerintahan yg seluruh rakyatnya turut serta memerintah dng perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; 2 gagasan atau pandangan hidup yg mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yg sama bagi semua warga negara" (KBBI)

Sidang paripurna RUU Pilkada yang lalu menetapkan bahwa kepala daerah dipilih oleh DPRD. Dengan rincian banyak fraksi yang memilih untuk pilkada tak langsung. Partai Demokrat yang awalanya memilih atau mendukung pilkada langsung dengan syarat. Malah diikuti aksi walk out. Hal ini dinilai sebagai hal yang sudah disiapkan sebelumnya. Sebagai ketum Demokrat seharusnya mengingatkan anggotanya agar berjuang untuk pilkada langsung. Alasan yang dipublikasikan ya, karna anggaran yang meledak dan menghabiskan milyaran uang negara untuk sekali pemilihan umum daerah. Memang benar menghabiskan uang negara tapi keputusan ini menimbulkan banyak kecama dari berbagai pihak. Namun ada juga yang mendukung keputusan ini. Hal ini menyebabkan demokrasi di Indonesia hanyalah sebuah pajangan bukan sebagai hasil konkret yang akan dicapai. Kepala daerah yang dipilih oleh DPRD pun pastinya akan bermain uang dengan para anggota DPRD ini. Kalau kata pak Ahok " akar masalahnya bukan karna biaya yang tinggi, tapi nyogok 10 juta penduduk Indonesia kan capek mending nyogok ratusan DPRD" 

Ya mungkin sudah jalanya seperti ini. Kita sebagai anak muda berkewajiban untuk mendandani kepemerintahan Indonesia pada masa mendatang. Dan saya harap keputusan DPRD adalah keputusan yang insyaallah baik untuk bangsa Indonesia. Bukan karna kepentingan pribadi, kepentingan partai. Pertanggungjawaban mereka dengan tuhan kelak.

-Welcome to the old Indonesia-

gambar oleh (http://www.lintas.me/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar