Sabtu, 12 November 2016

MENCARI ARTI DIRI

November 12, 2016





Ada kalanya kita perlu berjalan sendiri, hanya sendiri dan tanpa seorang yang kita kenal. Memahami bagaimana bentuk manusia, bagaimana sifat manusia, bagaimana ketamakanya, dan sifat buruk di dirinya. 

Kita perlu sendiri untuk beberapa hal. Agar dapat memahami bagaimana sifat asli kita, naluri kita, dan segala sesuatunya. Apakah kita berguna bagi orang lain, apakah kita bisa hidup tanpa orang lain, apakah arti sebenarnya dalam bersosial.

Sore itu saya coba untuk sedikit menyusuri kehidupan keraimaian. Sambil makan ice cream cone, duduk termenung di pinggiran jalan, emperan toko. Tiba tiba ada seorang pemuda kira – kira 20 tahun. Bukan terlihat seperti pengamen tetapi dia mengamen. Oke, ia membawakan 2 lagu, setelah lagu pertama, orang – orang yang sama duduk seperti saya di emperan toko memberinya uang. Yang saya lihat dari gaya mengamenya adalah dia dapat membawa suasana orang – orang yang duduk di emperan yang hanya bermandangkan jalanan. Setelah itu ia membawakan lagu kedua, lagu kedua ini adalah lagu daerah, sepertinya daerah timur. Dari situ saya menyadari bahwa pemuda yang mengamen di depan saya menurut tafsiran saya adalah perantau yang datang ke jogja untuk melanjutkan studinya tetapi mengamen untuk mencari tambahan uang. Saya hargai perjuanganya.

Keluar dari cerita di atas, di tengah pemuda tadi membawakan lagunya, datang sepasang, entah sepasang atau bukan, pemuda –pemudi. Sepertinya seorang yang memadu kasih,mereka membeli 2 ice cream cone. Dan sama, duduk di emperan toko, yang laki laki dengan topping strawberry dan yang perempuan toppping coklat. Baru mereka duduk, sang pemudi mengeluarkan handphone, menyuruh si pemuda mendekatkan ice cream bersama, dan memotretnya. Oke update. Hampir habis, kertas yang menempel di cone mereka buang begitu saja, mereka buang. Dalam hati saya ingin menegurnya sungguh saya punya impian untuk mempermalukan orang dengan sifat buruknya, setelah bertanya pada diri sendiri, ternyata saya belum cukup punya keberanian. Si pemuda pergi lalu kembali membawa sebotol minuman air mineral dingin, untuk wanitanya. 

Datang seorang pengamen sungguhan, sama duduknya dan melihat saya saat melakukan aksi penghargaan untuk pemuda pengamen tadi. Dalam dunia pengamen memang keras, jalur dan spot pengamen itu sudah ditentukan, dan jika pengamen setelahnya sudah datang, maka pengamen lama harus segera berganti dan pergi. Si pemuda pengamen tadi selesai membawakan dua lagu dan lalu berbincang – bincang dengan sang pengamen. Dari segi bahasanya, si pemuda sebenarnya tidak kenal dengan si pengamen.
Adzan maghrib berkumandang, mungkin sudah waktunya untuk pergi. Kembali aku masuk lift untuk turun ke parkiran motorku, di dalam lift kujumpai bapak satpam yang sama seperti aku datang tadi, dan kulihat ada bangku di siku lift. Beliau menanyaiku akan ke lantai berapa. Oke kusimpulkan bahwa bapak ini adalah si penunggu lift. 

Sesungguhnya dalam hidup ini ada hal – hal kecil yang bisa kita ambil dan jadikan pelajaran. Namun kadang kita acuh dengan hal itu. Kita terlalu sombong untuk menilai diri kita sendiri, merasa bahwa hidup kita sudah benar dan tidak pernah bersyukur.  Dengan sedikit saja waktu yang kita ambil ada banyak cerita di dalamnya kalau kita mau mendengar, mau merasa dan mau memahaminya. Si pemuda pengamen yang kurang uang mungkin untuk hidup di tanah rantauan, melanjutkan studi untuk lebih dari saudaranya, untuk bisa membanggakan mamaknya, terlalu enggan untuk meminta kiriman uang. Mencoba mengamen untuk mendapat tambahan dan tidak menyusahan orang tua. Semoga segera dilancarkan urusanya.

Walaupun si pemuda dan pemudi tadi buang sampah sembarangan dan suka update, tetapi kasih mereka tak terpisahkan, hanya dengan sebotol air mineral dingin si pemuda menunjukkan kasih romatisme pada si pemudi, hal kecil namun berarti. Semoga cinta mereka abadi
Dengan duduk dan udud, si pengamen senior melihat si pemuda mungkin mengambil wilayahnya, daeorang operasinya. Tetapi dengan sifat rendah hati si pemuda yang walaupun tak kenal, hanya dengan sedikit percakapan hilang prasangka buruk si pengamen. Rejeki sudah ada yang mengatur, semoga dilancarkan rejekinya.

Hanya berdiri sepanjang hari, menekan tombol dan menanyakan tujuan kepada pengunjung. Terlihat membosankan dan melelahkan. Tapi apa daya tak ada ijazah untuk dapat menjadi direktur, sifat andhap ashornya mengajari kita semua untuk selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan. Bapak ini, ditunggu istri dan anak di rumah. Mencari nafkah memang suatu kewajiban lelaki yang sudah berkeluarga. Semoga dilancarkan rejekinya dan diberi kesehatan. 

Hal – hal kecil memang sepele, tetapi mengajarkan kita untuk membuat hal besar. Selalu memahami hal kecil dan melihat dari sudut pandang lain. Semoga pelajar hidup mengajari kita untuk menjadi seorang manusia yang sebenarnya. Manusia yang tidak mementingkan diri sendiri. Menjadikan terlalu sombong untuk tunduk ke bawah dan selalu menengadah. Aamiin.

Rabu, 09 November 2016

Democracy talks

November 09, 2016



Demokrasi memang seharusnya begini. Jangan salahkan jika hasil yang berbeda adalah sebuah kesalahan. Bukan. Demokrasi adalah sifat dasar dalam batin manusia, bukan akal/pikiran. Ketidaksempurnaan demokrasi adalah ia membenarkan hal yang bukan seharusnya benar.

Dalam konteks ini saya jelaskan maksudnya, Demokrasi adalah bentuk hak suara atas banyaknya orang yang memilih entah dari background apapun. Kalau seseorang sudah memilih, ia sudah dianggap menghasilkan satu suara. Dan dalam pengartianya, suara itu bisa saja salah bisa saja benar. Berbeda jika, seseorang dalam background yang mendukung, membahas masalah tentang hal yang dikuasainya, itu pasti benar. Tetapi itu bukan demokrasi. 

Sebagai contoh kasus pertama, sekumpulan pedagang (semua bidang) membahas tentang kebutuhan bakso yang meningkat, semua memberikan suara meskipun ia adalah penjual mainan. Setidaknya ia memiliki yang selanjutnya disebut suara. Entah ia paham tentang bakso maupun tidak yang penting ia sudah mengeluarkan satu suara. 

Kasus kedua, sekumpulan pedagang bakso membahas tentang kebutuhan bakso yang meningkat. Disini akal dan pikiran sudah bekerja, karena ini adalah bidang dari background yang ditekuninya. Segala bentuk kekurangan/kelebihan sudah diperkirakan dan diperhitungkan. 

Sekarang jika contoh itu digabung dan menjadi, 1/5 pedagang adalah pedagan bakso, 4/5 bukan pedagang bakso. Untuk menghadapai masalah dalam negara demokrasi, semua pedagang memiliki hak suara dan pemenangnya adalah mereka yang kontra dengan kebijakan si pedagang bakso. 

Maka bisa diartikan, dalam negara demokrasi, sebuah keputusan yang sudah tercapai adalah benar dalam kasus demokrasi, tetapi salah dalam dampak kelebihan/kekuranganya. 


Yogyakarta, 9 November 2016