Ada kalanya kita perlu berjalan
sendiri, hanya sendiri dan tanpa seorang yang kita kenal. Memahami bagaimana
bentuk manusia, bagaimana sifat manusia, bagaimana ketamakanya, dan sifat buruk
di dirinya.
Kita perlu sendiri untuk beberapa
hal. Agar dapat memahami bagaimana sifat asli kita, naluri kita, dan segala
sesuatunya. Apakah kita berguna bagi orang lain, apakah kita bisa hidup tanpa
orang lain, apakah arti sebenarnya dalam bersosial.
Sore itu saya coba untuk sedikit menyusuri
kehidupan keraimaian. Sambil makan ice cream cone, duduk termenung di pinggiran
jalan, emperan toko. Tiba tiba ada seorang pemuda kira – kira 20 tahun. Bukan
terlihat seperti pengamen tetapi dia mengamen. Oke, ia membawakan 2 lagu,
setelah lagu pertama, orang – orang yang sama duduk seperti saya di emperan
toko memberinya uang. Yang saya lihat dari gaya mengamenya adalah dia dapat
membawa suasana orang – orang yang duduk di emperan yang hanya bermandangkan
jalanan. Setelah itu ia membawakan lagu kedua, lagu kedua ini adalah lagu daerah,
sepertinya daerah timur. Dari situ saya menyadari bahwa pemuda yang mengamen di
depan saya menurut tafsiran saya adalah perantau yang datang ke jogja untuk
melanjutkan studinya tetapi mengamen untuk mencari tambahan uang. Saya hargai perjuanganya.
Keluar dari cerita di atas, di
tengah pemuda tadi membawakan lagunya, datang sepasang, entah sepasang atau
bukan, pemuda –pemudi. Sepertinya seorang yang memadu kasih,mereka membeli 2
ice cream cone. Dan sama, duduk di emperan toko, yang laki laki dengan topping
strawberry dan yang perempuan toppping coklat. Baru mereka duduk, sang pemudi
mengeluarkan handphone, menyuruh si pemuda mendekatkan ice cream bersama, dan
memotretnya. Oke update. Hampir habis, kertas yang menempel di cone mereka
buang begitu saja, mereka buang. Dalam hati saya ingin menegurnya sungguh saya
punya impian untuk mempermalukan orang dengan sifat buruknya, setelah bertanya
pada diri sendiri, ternyata saya belum cukup punya keberanian. Si pemuda pergi
lalu kembali membawa sebotol minuman air mineral dingin, untuk wanitanya.
Datang seorang pengamen
sungguhan, sama duduknya dan melihat saya saat melakukan aksi penghargaan untuk
pemuda pengamen tadi. Dalam dunia pengamen memang keras, jalur dan spot
pengamen itu sudah ditentukan, dan jika pengamen setelahnya sudah datang, maka
pengamen lama harus segera berganti dan pergi. Si pemuda pengamen tadi selesai
membawakan dua lagu dan lalu berbincang – bincang dengan sang pengamen. Dari
segi bahasanya, si pemuda sebenarnya tidak kenal dengan si pengamen.
Adzan maghrib berkumandang,
mungkin sudah waktunya untuk pergi. Kembali aku masuk lift untuk turun ke
parkiran motorku, di dalam lift kujumpai bapak satpam yang sama seperti aku
datang tadi, dan kulihat ada bangku di siku lift. Beliau menanyaiku akan ke
lantai berapa. Oke kusimpulkan bahwa bapak ini adalah si penunggu lift.
Sesungguhnya dalam hidup ini ada
hal – hal kecil yang bisa kita ambil dan jadikan pelajaran. Namun kadang kita
acuh dengan hal itu. Kita terlalu sombong untuk menilai diri kita sendiri,
merasa bahwa hidup kita sudah benar dan tidak pernah bersyukur. Dengan sedikit saja waktu yang kita ambil ada
banyak cerita di dalamnya kalau kita mau mendengar, mau merasa dan mau
memahaminya. Si pemuda pengamen yang kurang uang mungkin untuk hidup di tanah
rantauan, melanjutkan studi untuk lebih dari saudaranya, untuk bisa
membanggakan mamaknya, terlalu enggan untuk meminta kiriman uang. Mencoba
mengamen untuk mendapat tambahan dan tidak menyusahan orang tua. Semoga segera
dilancarkan urusanya.
Walaupun si pemuda dan pemudi
tadi buang sampah sembarangan dan suka update, tetapi kasih mereka tak
terpisahkan, hanya dengan sebotol air mineral dingin si pemuda menunjukkan
kasih romatisme pada si pemudi, hal kecil namun berarti. Semoga cinta mereka abadi
Dengan duduk dan udud, si
pengamen senior melihat si pemuda mungkin mengambil wilayahnya, daeorang
operasinya. Tetapi dengan sifat rendah hati si pemuda yang walaupun tak kenal,
hanya dengan sedikit percakapan hilang prasangka buruk si pengamen. Rejeki sudah
ada yang mengatur, semoga dilancarkan rejekinya.
Hanya berdiri sepanjang hari,
menekan tombol dan menanyakan tujuan kepada pengunjung. Terlihat membosankan
dan melelahkan. Tapi apa daya tak ada ijazah untuk dapat menjadi direktur, sifat
andhap ashornya mengajari kita semua untuk selalu bersyukur atas apa yang telah
diberikan. Bapak ini, ditunggu istri dan anak di rumah. Mencari nafkah memang
suatu kewajiban lelaki yang sudah berkeluarga. Semoga dilancarkan rejekinya dan
diberi kesehatan.
Hal – hal kecil memang sepele,
tetapi mengajarkan kita untuk membuat hal besar. Selalu memahami hal kecil dan
melihat dari sudut pandang lain. Semoga pelajar hidup mengajari kita untuk
menjadi seorang manusia yang sebenarnya. Manusia yang tidak mementingkan diri
sendiri. Menjadikan terlalu sombong untuk tunduk ke bawah dan selalu
menengadah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar