“GVT terakhir ki angkatanku”“GVTku didudohke panji pertama Teladan”“jaman-mu ki wes bedo”“mbiyen ki luwih keras dek”“opo saiki isih ‘teladan’?”“saiki teladan wes turun pamor e”
Ya mungkin itu beberapa ungkapan
yang sering keluar beberapa tahun terakhir ini. Ungkapan yang cenderung
meremehkan angkatan di bawah. Lalu seolah – olah bahwa angkatan kita dan
sebelumnya lebih hebat dari sekarang. Oh come on babe, menurutku itu bukanlah
sosok seorang kakak yang baik bagi adiknya. Dimana – mana kakak harusnya senang
jika adiknya lebih hebat dari dia, lebih unggul dari dia.
Perubahan itu pasti ada. Dan menurutku
perubahan itu baik, dalam artian general. Entah itu perbuahan perbuatan baik
atau perbuatan buruk.
“Setiap angkatan punya tipe teladan-nya sendiri”
Menurutku ini suatu ungkapan yang
sangat benar. Teladan adalah wadah untuk membimbing bocah – bocah dari smp yang
berbeda. Tapi arah dan tipikal ‘Teladan’ adalah hak setiap angkatan untuk
menentukan nasibnya sendiri.
Hal yang paling saya sukai dari
kehidupan di Teladan adalah sifatnya yang punya idealisme sendiri. Bahwa hidup
jangan mengikuti arus, tapi melawan arus. Jadilah Salmon, jangan tai.
Saya pernah bertanya pada seseorang,
sebut saja inisialnya ‘marbot’
Aku: bot, ngopo kok akdewe ki
koyo ngene, maksudku ngopo kok cah teladan ki iso menentang guru yang salah
arah, iso menentukan nasibnya sendiri, dan iso mengatur kehidupan sekolah. Maksudku,
iki ki sekolah kae lho, akdewe ning kene ki mung sekolah dinggo sinau. Dan urusan
ngene ki menurutku ora logis ke lho dilakukan seorang siswa, bandingke wae karo
sekolah – sekolah liyo sing ning jogja, opo ono sing koyo cah teladan wani
ngritik, rambugan bareng karo sekolah tentang peraturan- peraturan.
Marbot: yo mergono akdewe ki
siswa ‘Teladan’ bib. Mosok meh podo karo siswa – siswa liyo.
Satu kalimat itu sudah jelas
sekali untuk menjawab semua pertanyaaku. Itulah kata sakti yang akan dibawa
sampai mati. Kata yang orang baru akan menjadikanya beban, tapi orang lama akan
menjadikanya kebanggaan, Teladan.
Belum ada satu tahun meninggalkan
Teladan tapi rasanya ia selalu merasuk dalam pikiranku untuk mengajakku
kembali ke dalam zona nyamanku. Zona
yang memfasilitasi untuk berubah, menjadi lebih baik atau lebih buruk itu
pilihan. Zona ketika aturan – aturan dan urusan – urusan sejatinya bisa diatur
dengan ‘Lobby’. Zona ketika bisa masuk 24 jam. Teladan, Jangan bawa aku kembali
ke zona nyamanku.
Terimakasih Teladan, berkatmu aku
jadi menganggap sepele ospekku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar