Sabtu, 16 Desember 2017

BEBAN DAN KEBANGGAAN


“GVT terakhir ki angkatanku”
“GVTku didudohke panji pertama Teladan”
“jaman-mu ki wes bedo”
“mbiyen ki luwih keras dek”
“opo saiki isih ‘teladan’?”
“saiki teladan wes turun pamor e”


Ya mungkin itu beberapa ungkapan yang sering keluar beberapa tahun terakhir ini. Ungkapan yang cenderung meremehkan angkatan di bawah. Lalu seolah – olah bahwa angkatan kita dan sebelumnya lebih hebat dari sekarang. Oh come on babe, menurutku itu bukanlah sosok seorang kakak yang baik bagi adiknya. Dimana – mana kakak harusnya senang jika adiknya lebih hebat dari dia, lebih unggul dari dia.

Perubahan itu pasti ada. Dan menurutku perubahan itu baik, dalam artian general. Entah itu perbuahan perbuatan baik atau perbuatan buruk.


“Setiap angkatan punya tipe teladan-nya sendiri”


Menurutku ini suatu ungkapan yang sangat benar. Teladan adalah wadah untuk membimbing bocah – bocah dari smp yang berbeda. Tapi arah dan tipikal ‘Teladan’ adalah hak setiap angkatan untuk menentukan nasibnya sendiri. 

Hal yang paling saya sukai dari kehidupan di Teladan adalah sifatnya yang punya idealisme sendiri. Bahwa hidup jangan mengikuti arus, tapi melawan arus. Jadilah Salmon, jangan tai. 

Saya pernah bertanya pada seseorang, sebut saja inisialnya ‘marbot’

Aku: bot, ngopo kok akdewe ki koyo ngene, maksudku ngopo kok cah teladan ki iso menentang guru yang salah arah, iso menentukan nasibnya sendiri, dan iso mengatur kehidupan sekolah. Maksudku, iki ki sekolah kae lho, akdewe ning kene ki mung sekolah dinggo sinau. Dan urusan ngene ki menurutku ora logis ke lho dilakukan seorang siswa, bandingke wae karo sekolah – sekolah liyo sing ning jogja, opo ono sing koyo cah teladan wani ngritik, rambugan bareng karo sekolah tentang peraturan- peraturan.

Marbot: yo mergono akdewe ki siswa ‘Teladan’ bib. Mosok meh podo karo siswa – siswa liyo.
Satu kalimat itu sudah jelas sekali untuk menjawab semua pertanyaaku. Itulah kata sakti yang akan dibawa sampai mati. Kata yang orang baru akan menjadikanya beban, tapi orang lama akan menjadikanya kebanggaan, Teladan.
Belum ada satu tahun meninggalkan Teladan tapi rasanya ia selalu merasuk dalam pikiranku untuk mengajakku kembali  ke dalam zona nyamanku. Zona yang memfasilitasi untuk berubah, menjadi lebih baik atau lebih buruk itu pilihan. Zona ketika aturan – aturan dan urusan – urusan sejatinya bisa diatur dengan ‘Lobby’. Zona ketika bisa masuk 24 jam. Teladan, Jangan bawa aku kembali ke zona nyamanku.

Terimakasih Teladan, berkatmu aku jadi menganggap sepele ospekku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar