Senin, 19 Februari 2018

SLENTIKAN GUSTI KANG NGGELAR JAGAD


Aku percaya bahwa setiap yang terjadi dengan diri kita adalah cerminan perbuatan kita. Semua ini adalah kehendakNya, semua ini adalah pergerakan tangan – tanganNya.

Kemarin, minggu tanggal 18 Februari 2018, kebetulan aku dan pamung jalan jalan pagi di car free day gajayana, belum ada 5 menit berjalan aku abru sadar kalau hpku tidak ada, yo! Kecopetan.

Setelah itu aku balik kesana lagi, dan mengingat ingat kenapa bisa terjadi, ya waktu itu memang ada orang yang mendesel – deselku. Entah benar atau tidak aku tidak mau berprasangka padanya.

Tapi yang aku bingungkan adalah saat itu aku tidak merasa takut, sedih atau apalah. Malah bingung dan ketawa kok yo iso wkwk.

Bagiku copet adalah bentuk keberanian tingkat tinggi, bentuk skill kecepatan tangan tingkat tinggi, dan bentuk penglihat situasi yang baik. Ia mempunya kondisi – kondisi yang begitu istimewa dengan perilakunya. Ya semoga saja hpku bisa berguna baginya, mungkin saja anaknya sedang sakit dan butuh biaya mendesak? Mungkin saja istri atau ibunya sedang masuk rumah sakit dan tak punya dana untuk melunasi biaya rumah sakit. Semoga saja dapat bermanfaat. Walaupun ning ati ki yo tep ono rasa pengen nempling ndasse!

Hidup ini jangan dibikin susah, jangan menyalahkan orang lain karena kondisimu yang mengalami keburukan, jangan menyalahkan keadaan ketika kamu berada kondisi yang tidak menguntungkan. Hidup tidak semudah kau menyalahkan orang lain agar kau terlihat benar, hidup tidak sebercanda itu. Ini semua tentang perilakumu sendiri, ini semua karena ulahmu.

Lalu apa?

Beberapa hari sebelum ini memang kusadari bahwa intensitas shodaqohku kadang, sholat dhuhaku jarang, langkahku ke masjid pun berkurang.

Aku percaya itulah sebabnya, aku percaya tangan – tangan tuhan telah menggerakkan copet itu, ia telah masuk dalam dirinya untuk mengingatkanku, untuk menyadarkanku. Sungguh berterimakasihlah padaNya, sungguh bersyukurlah bahwa itu adalah bentuk kasih sayangNya padaku, itu adalah bentuk perhatianNya padaku, karena kalau tidak, tidak mungkin ia akan menyadarkanku. Ia pasti membiarkanku berlarut – larut dalam kondisi seperti ini, yang semakin jauh denganNYa yang semakin melupakanNya.

Jadi, beginilah hidup, betapa mudahnya kau bahagia jika tidak meletakkan kesalahan orang lain dalam jejak perjalanan hidupmu, tapi letakkan semua rekam perilakumu untuk cerminan hidupmu, untuk menyadarkanmu dari suatu yang menyimpang, dari suatu yang salah. 


Malang, 19 Februari 2018



Tidak ada komentar:

Posting Komentar