Selasa, 13 Februari 2018

HANCURNYA SEBUAH BANGSA


Kami menangis, karena saat ini roh kami tercerai dari illahi; tapi kalian tertawa karena tubuhmu terikat oleh ketidakpedulian bumi.  (kahlil gibran)


Ini negeriku, bukan negerimu.

Ini tempatku, bukan tempatmu,

Ini agamaku, bukan agamamu.


Tekanan yang terus muncul dari berbagai elemen, tentang robohnya akal orang indonesia, tentang hilangnya rasa kemanusiaan, tentang hilangnya rasa toleransi dan saling memiliki.

(Menghormati orang lain yang berbeda agama)

Pernahkah kau ucapkan itu saat di bangku sekolah dasar? Saat pelajaran PPKn mungkin?

Kita, orang indonesia, khususnya anak anak indonesia di didik dengan metode yang sama. Dengan pendidikan yang mengedepankan rasa toleransi dalam setiap gerak masyarakat. Agar nantinya kita dapat hidup di masyarakat. Dapat hidup di masyarakat.

Saat dewasa, doktrinasi seperti itu tinggal menjadi pilihan. Apakah akan tetap dilaksanakan ataukah ditinggalkan karena sudah ada doktrinasi baru yang lebih menarik.

Saya bukan orang yang jago jago amat dalam bidang agama. Tapi saya yakin agama adalah tingkah hidup masyarakat. Saya beragama islam dan saya mempercayai islam itu agama yang sempurna, tuhan saya Allah SWT yang maha esa, nabi saya Muhammad SAW, kitab saya Al Qur’an.

Saya yakin agama saya sempurna dan agama lain tidak begitu sempurna – sempurna amat. Sama seperti orang kristen yang menganggap agamanya sempurna dengan melihat agama islam, hindu dll tidak sempurna – sempurna amat. Juga dengan agama - agama lain. Bukanya saya menjelekkan agama lain, tapi kita telah meyakini. Dan apa yng diyakini, ya diyakini saja dengan terus menjalankan syariat agama. Masalah akhirat masalah kita dengan tuhan kita. Saya yakin setiap agama mengajarkan kebaikan, tapi mungkin kadang manusia - manusia pengikutnya aja yang goblok.

Hidup dalam masyarakat adalah hidup dalam elemen – elemen perbedaan. Ketika kita mampu menerima elemen itu maka kita tidak akan terbuang dari elemen dasar kehiduan bermasyarakat.

Saat muncul berita – berita tentang menurunya rasa toleransi di indonesia, pikiran saya cuma satu, siapa yang mengadu domba?. Cobalah berpikir bahwa tidak akan ada manusia yang menyakiti hati manusia lainya dalam masyarakat. Tapi berpikirlah bahwa ada otak jahat di luar sana yang mencoba mengadu domba masyarakat Indonesia.

Kembali ke jaman kolonial, Devide et impera,metode yang menjadikan Mataram Islam hancur dan terpisah. Tepat hari ini, 13 Februari 1755. 263 tahun lalu.

Hal yang paling mudah menghancurkan sebuah bangsa adalah dari dalam bangsa itu sendiri. Cukup menyulut sebuah api. lalu tiup dengan angin agar api bertambah besar. Disini saya ibaratkan masyarakat indonesia adalah kayu, aksi – aksi adalah api, dan berita/media adalah oksigen/udara.

Percayalah teman – temanku, bahwa ada otak – otak jahat di luar sana, yang punya niat buruk untuk menghancurkan negeri kita, Indonesia dari dalam. Untuk apa? Ya hitung saja negerimu ini punya apa saja yang patut diperebutkan. Itu. 

Malang, 13 Februari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar