Tipikal orang jawa itu, memendam prasaan untuk menghargai perasaan orang lain. Dalam bukunya, mochtar lubis menyebutkan bahwa pendidikan orangtua jawa pada anaknya adalah untuk jangan menyakiti hati orang lain, berbeda dengan orangut eropa yang mengajarkan pada anaknya untuk berkata jujur. Dalam benak seseorang manusia, dua contoh pengajaran itu bisa saja beririsan tetapi banyak yang bertolak belakang, dalam artian seseorang yang menganut hidup untuk jangan menyakiti hati orang lain maka ia cenderung memilih jalan yang mudah untuk jangan berkata apapun pada lawan bicaranya sehingga tidak aka nada hati yang tersakiti. Tetapi mungkin bagi orang orang yang pandai dalam merangkai kata, ia akan memilih diksi yang tepat untuk memberitahu apa yang ingin dia benarkan dan apapun pendapat da nisi otak mereka kepada lawan bicaranya.
Ketika orang menyembunyikan perasaan
utnuk menjaga hati orang lain, maka ia akan mendapat hasil yang berlawanan pada
sisi lainya. Ini mungkin dapat di analogikan sebagai dua mata pisau, ketika kau
berani untuk mengambil jkeputusan untuk menjaga hati orang lain yang sedang kau
jaga, maka di sisi lain aka nada orang lain yang tersakiti dengan pilihanmu.
Berbeda dengan orang eropa yang
cenderung untuk berkara jujur apapun yang dia lihat dan apapun yang dia
rasakan, enak yang enak tidak enak ya tidak enak. Terlepas dari perasaan yang
akan diterima oleh lawan bicaranya. Maka jangan heran kalau dampak dari itu itu
semua terbentuk manusia eropa yang lebih mengandalkna logika dalam bicara
dibandingkan dengan perasaan. Bebred dengan orang jawa yang kebanyakan baper
atau bawa perasaan pada lawan bicarnya karena perkataan mereka yang tidak
mengenakkan hati
Aku tak tahu mana yang lebih baik,
tetapi semua dari itu memiliki nilai kurang dan lebihnya, mana yang lebih baik
akupun tak tahu.
Tapi akhir akhir ini au lihat
masyarakat yang lebih liberal menganut pemikiran yang lebih mengedepankan
logika, ketika itu terjadi pada suatu kelompok masyarakat maka tidak jarang ada
hati yang tidak siap dan cenderung tersakiti dengan adanya itu. Manusia manusia
yang belum siap dengan adanya perbedaan pemikiran. Juga sebalinya jika manusia
eropa yang cenderung menggunakan perasaan dalam bicara maka mungkin bagi
sebagia keoompok masyarakat yang lain itu adalah perkataan yang tak logis yang
dikeluarkan seseorang, satunya melibatkan hati satunya melibatkan otak.
16 Oktober 2019