Lalu menurutmu lebih menyakitkan mana, kehilangan nyawa atau tidak hidup di dalamnya. Dalam artian ini saya mencoba membandingkan dalam dua hal entah itu akan menjadi perbandingan yang seimbang atau tidak, kita lihat nanti dan anda nilai kemudian.
Menurutku tiada yang lebih kuat
daripada orang ang kehilangan nyawa salah seorang terpenting dalam hidupnya.
Tetapi, bagaimana dengan orang yang sejak awal memang tidak berada pada
kehidupan dengan konsep itu? Saya ambil contoh begini, lebih menyakitkan mana
orang yang kehilangan orang tuanya dalam artian meninggal, atau orang yang
sudah sejak lahir sudah tidak hidup dalam konsep keluarga yang terdiri dari
susunan ayah,ibu dan anak. Mungkin hanya ibu dan anak atau ayah dengan anaknya.
Bulan juli ini mendengar kbr duka
dari 2 orang yang dekat denganku, pak singgih, guru olahraga smaku yang juga
kesiswaan yang artianya dekat dengan anak anak sekolah, Pakdhe Nurto yang
adalah kakak dari ibuk
Dalam 2 peristiwa itu saya melihat
kesedihan yang begitu mendalam bagi orang orang yang setip hari berdekatan
hidupnya dengan almarhum. Saya yang termasuk orang perasa jadi iku mengalami
dalam suasana haru tersebut, tetapi dari situ saya mulai berfikir, apakah
kesedihan ini tidak/lebih mendalam dari kesedihan orang orang yang sejak lahir
sudah tidak mengenal konsep keluarga? Yang sejak lahir sudah dalam konsidi
tidak ‘normal’?
Saya menyimpulkan tetapi ini hanya
pandangan saya yang tidak merasakan apapun itu. Oke kita mulai, orang yang
sudah tidak mempunyai ‘sesuatu’ pastinya tidak akan lebih sedih dari pada orang
yang ‘kehilangan’ sesuatu. Iya menurut saya secara kasar seperti itu, tetapi
orang yang sudah tidak mempunya ‘sesuatu’ itu jauh lebih dalam suasana sedih
ketika berada pada lingkungan kepunyaan. Saya analogikan hal itu seperti ini’
orang yang tidak brada pada konsep keluarga yang utuh itu akan lebih dalam
kondisi kesedihan ketika berada pada perkumpulan teman temanya yang mempunyai
kelouarga.
Ini belum akhir dari pemikiran saya
tetapi entah kenapa saya ingin berhenti membahasa ini karena saya tidak
termasuk dalam dua kondisi tersebut saya takut hanya menjadi judgement saya
kepada orang orang yang merasakan kerasnya survive dalam dunia itu.
Tetapi yang pasti menurut saya,
entah itu orang dalam kondisi pertama maupun kondisi kedua sama sama orang –
orang yang kuat dalam menghadapi dan menyikapi itu, saya sendiri entah apa bisa
sekuat dan setenang mereka, khususnya teman teman saya yang berada kondisi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar