Jika diibaratkan, rakyat Indonesia ini seperti ember yang terus diisi
masalah masalah yang diberikan pemerintah. Belum habis masalahnya, masih
ditambah lagi. Memang bakoh.
Sedih sekali rasanya akhir – akhir ini banyak berita menyedihkan yang
datang tak kunjung henti. Berita kehilangan, berita kematian, berita kemarahan,
juga berita – berita menjengkelkan.
Terlebih dari itu, adalah berita – berita yang tiap hari menyuguhkan
betapa kacaunya negeri ini. Manipulasi, permainan, pelimpahan, penyalahan, atau
mungkin bisa kusebut negara gashlighting.
Dalam upaya kita bertahan hidup, kita masih harus disuguhkan oleh
kebijakan –kebijakan yang manipulatif, cenderung merugikan, dan menyakitkan
karna kenapa ini terjadi di negeriku?
Seringnya pergantian istilah yang membingungkan seolah olah kondisinya
berbeda padahal sama. Berusaha menciptakan kondisi psikologis agar kita merasa
bahwa penanganan ini terkendali dan terasa aman. Menyalahkan akar rumput atas
upaya bertahan hidup. Adalah seburuk buruknya penanganan.
Kita disalahkan untuk hal yang merekan lakukan, kita dibenturkan agar
mereka merasa bersih dan secepatnya cuci tangan.
Jika ada yang bilang bahwa tiada kata terlambat dan tiada kata bersalah.
Maka menurutku, ada kata terlambat dan ada yang harus disalahkan.
Penggunaan pasal untuk menjerat pelanggar tetapi mengesampingkan pasal
untuk tanggung jawab yang harus dilakukan, adalah setinggi – tingginya hina.
Jika kau bilang susah, maka tak usah jadilah. Jika kau mengemis untuk
menjadi, maka kerjakanlah apa yang kami tuntut. Tugas kami menuntut, bukan memberi
solusi.
Kalau hanya duduk diam dan menuntut solusi, negorone tak uruse karo cah –
cah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar