Selasa, 20 Juli 2021

Republik Gaslighting

Jika diibaratkan, rakyat Indonesia ini seperti ember yang terus diisi masalah masalah yang diberikan pemerintah. Belum habis masalahnya, masih ditambah lagi. Memang bakoh.

 

Sedih sekali rasanya akhir – akhir ini banyak berita menyedihkan yang datang tak kunjung henti. Berita kehilangan, berita kematian, berita kemarahan, juga berita – berita menjengkelkan.

 

Terlebih dari itu, adalah berita – berita yang tiap hari menyuguhkan betapa kacaunya negeri ini. Manipulasi, permainan, pelimpahan, penyalahan, atau mungkin bisa kusebut negara gashlighting.

 

Dalam upaya kita bertahan hidup, kita masih harus disuguhkan oleh kebijakan –kebijakan yang manipulatif, cenderung merugikan, dan menyakitkan karna kenapa ini terjadi di negeriku?

 

Seringnya pergantian istilah yang membingungkan seolah olah kondisinya berbeda padahal sama. Berusaha menciptakan kondisi psikologis agar kita merasa bahwa penanganan ini terkendali dan terasa aman. Menyalahkan akar rumput atas upaya bertahan hidup. Adalah seburuk buruknya penanganan.

 

Kita disalahkan untuk hal yang merekan lakukan, kita dibenturkan agar mereka merasa bersih dan secepatnya cuci tangan.

 

Jika ada yang bilang bahwa tiada kata terlambat dan tiada kata bersalah. Maka menurutku, ada kata terlambat dan ada yang harus disalahkan.

 

Penggunaan pasal untuk menjerat pelanggar tetapi mengesampingkan pasal untuk tanggung jawab yang harus dilakukan, adalah setinggi – tingginya hina.

 

Jika kau bilang susah, maka tak usah jadilah. Jika kau mengemis untuk menjadi, maka kerjakanlah apa yang kami tuntut. Tugas kami menuntut, bukan memberi solusi.

 

Kalau hanya duduk diam dan menuntut solusi, negorone tak uruse karo cah – cah.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar