Lalu di bagian mana desa harus mengikuti kota?
Walaupun sepanjang hidupku dihabiskan di kota, sebuah kota kecil dengan tagline ‘Istimewa’, seperti Bandung dengan ungkapan “Bumi pasundan tercipta ketika tuhan sedang tersenyum”, kota ini juga punya ungkapan yang cukup terkenal "Yogya terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan."
Desa bukan hal yang jarang - jarang amat bagiku, walaupun hanya beberapa kali setahun, menjenguk simbah di desa, tetapi keberadaannya sungguh merupakan suatu hal yang berbeda dan tak haruslah dia menjadi kota. Desa berkembang dengan sendirinya, dengan masih menjunjung "Rumangsa melu handarbeni" yang berarti merasa ikut memiliki, apapun yang terlihat mata. Masih kuat mengakar filosofi dan kearifan yang terawat baik antar orang-orangnya. Apalagi interaksi antara manusia dan tempat tinggalnya, alam.
Tidak ada yang spesial dari kota besar, dari gedung tinggi dan megah, dengan lalu lintas yang semrawut, mobilitas tinggi dan banyak hal yang berbeda. Saya garis bawahi, berbeda bukan berarti lebih bagus. Modern tidak selamanya menjadi yang utama. Tujuan kita tak mesti sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar