Selasa 15 Agustus 2017
Bukan pertama kalinya aku menginjakkan kaki di stasiun kotabaru malang, tapi ke 2. Tapi yang ini berbeda karena ini pertama kalinya aku meyadari bahwa setelah ini semua cerita baru akan dimulai, lembaran baru dibuka, keringat dan air mata dikeluarkan. Kata orang, Malang adalah Bandungnya Jawa timur, dan mungkin Bandung jaman dulu.
Setelah keluar dari kereta ekonomi Malioboro Ekspres yang dinginya sangat menusuk tulang, benar ini menusuk tulang. Terakhir kulihat suhu di dalam kereta menunjukkan angka 18 derajat. Kebetulan aku sengaja tidak bawa jaket karena tas-ku sudah penuh dengan barang lainya. Hasilnya, ya begitulah.
Keluar dari kereta, kuhirup udara dalam – dalam sambil melafadzkan basmallah, ini saat dimulai perjuanganku. Suhu diluar kereta ternyata tidak terpaut jauh, hanya selisih 3 derajat saja, 21 derajat.
Adzan musholla stasiun telah berkumandang, menambah syahdunya pagi hari yang dingin itu.
Selesai sholat dan sesudah menunggu matahari mulai meninggi, aku coba berjalan keluar kaki mencari makan. Pagi itu jarang orang berjualan makan di pinggir jalan, susah istilahnya. Baru setelah 5 kilo kutemui soto di depan sd klojen di pinggir rumah sakit. Santapan terakhir lalu aku order go-car untuk mengantarku ke kos.
Malang, 18 Agustus 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar