Saya nggak
tahu ini apa, mungkin temen – tmen yang kuliah di jurusan psikologi atau yang
banyak belajar tentang sosiologi bisa menjelaskan secara teoritis.
Keresahan ini
saya dapati pertama kali ketika masa masa setelah pemilihan presiden 2014, yang
dimenangkan jokowi. Intinya begini, orang – orang di jaman sekarang yang
melihat bukti dari kerja presiden periode ini menjadi terpukau dan selalu
menyanjung nyanjung, entah itu apa namanya dalam sosiologi, tetapi menurut saya
ini suatu hal yang mengancam pergerakan demokrasi. Saat seseorang mulai
mendapat berbagai kebahagiaan atau pemenuhan dalam hidupnya ia lalu melupakan
sifat sifat buruk dari si pembawa kebahagiaan itu. Dan lalu menyalahkan bahwa
apa yang didapat selain dari dia itu buruk.
Saat jokowi
sudah bisa menunjukkan hasil kerjanya, masyarakat seakan terhipnotis dan lalu
melupakan apa saja tentangnya karena ia sudah bisa menghadirkan kepuasan pada
masyarakat. Disini saya bukan menitik beratkan pada kerja jokowi. Tetapi sikap
masyarakat yang seperti ini cenderung nantinya menjadi masyarakat yang close
minded, yang nggak mau tahu lagi apapun karena ia percaya bahwa si pembawa
kepuasan/kebahagiaan sudah membawakan kebahagiaan/kepuasan baginya.
Kasus lain
yang saya dapati adalah transportasi online, melihat polemik yang terjadi
anatara sopi ojek online, entah gojek, grab, uber, dan sopir angkot/taksi/ojek
membuat masyarakat ikut bereaksi. Saya yakin 100% bahwa orang – orang yang pro
dengan ojek/ taksi online adalah mereka yang menggunakan fasilitas ini, kenapa?
Karena sudah say bilang tadi karena transportasi online telah membawa
kebahagiaan/kepuasaan dalam dirinya. Dan ini buruk, ini buruk. Dalam hal ini,
mereka lalu tidak bisa menjaga kenetralitasnya dalam berpendapat. Mereka tidak
bisa menempatkan diri jikalau dalam posisi sopir angkot/taksi konvensional. Mereka
cenderung close minded seperti yang saya bilang tadi.
Mungkin
seperti tadi memang sifat asli manusia, saya juga masih belum bisa sepenuhnya
untuk tidak menjadi orang yang saya ceritakan tadi, tetapi dalam berpendapat
alangkah baiknya kalau kita bisa lebih open minded, dan bisa menempatkan diri
sesuai porsi masing – masing dan tidak terlalu condong pada satu golongan/kelompok
tertentu.
Yogyakarta, 7 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar